Integrasi
moda transportasi publik kota Jogjakarta
(Penulis
:
Muhammad
Doni, K.M. Mahasiswa tingkat akhir Prodi
Mekatronika, Elektro Universitas Negeri Yogyakarta)
Kota Jogja, ketika mendengar nama kota ini terbayang budaya adiluhung yang menggema di nusantara, juga kota pelajar yang sudah terkenal di seantero tanah air. Kota yang sering disebut miniature Indonesia ini memiliki segudang keistimewaan. Mulai dari tata kelola pemerintahannya sampai ke banyak keistimewaan lainnya.
Kota Jogja, ketika mendengar nama kota ini terbayang budaya adiluhung yang menggema di nusantara, juga kota pelajar yang sudah terkenal di seantero tanah air. Kota yang sering disebut miniature Indonesia ini memiliki segudang keistimewaan. Mulai dari tata kelola pemerintahannya sampai ke banyak keistimewaan lainnya.
Trans
Jogja sebagai salah satu produk transportasi kota Jogja yang konon pada awal
mulanya di bangun untuk menyediakan angkutan kota yang bersih, rapi, dan nyaman
bagi siapa saja. Hal itu tentu saja
tidak lepas karena layanan moda transportasi kota Jogja di dominasi angkutan
perkotaan yang armadanya sudah banyak yang memasuki usia tua. Terlepas dari itu kota Jogja yang memiliki
dua buah stasiun, yaitu Stasiun Tugu dan stasiun tertua yaitu Lempuyangan yang
di lewati kereta commuter bernama Prameks yang notabene singkatan dari
Prambanan Ekspress. Kereta yang menghubungkan
kota Solo bila ketimur, dan Kutoarjo bila ke barat. Melihat okupansi atau jumlah penumpang pada
dua moda transportasi darat tersebut yang dari hari kehari terus merangkak
naik, sudah selayaknya di integrasikan menjadi satu sistem yang lebih baik.
Berkaca
pada pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi sang Walikota Solo yang dinilai
berhasil menata ulang kota Solo menjadi lebih humanis dan merakyat, beliau
mencoba mengakomodir beberapa moda transportasi yaitu Batik Solo Trans (BST),
Kereta Api Prameks, Bus Tingkat, dan terakhir adalah Railbus Solo-Wonogiri.
Beliau menyebutkan akan menyatukan moda transportasi tersebut, dengan harapan
para karyawan yang bekerja dari dan di Solo dapat menikmati kemudahan
bertransportasi publik sehingga mengurangi kepadatan arus lalu lintas di kota
Solo. BST yang rencananya pada halte di
setiap stasiun akan terdapat layar monitor untuk melihat jadwal keberangkatan
dan kedatangan KA Prameks.
Kota
Jogja sudah selayaknya berkaca pada teknis pengaturan moda transportasi di
Solo. Trans Jogja yang digembar
gemborkan sebagai perbaikan moda layanan transportasi publik pada kenyataannya
masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan banyak factor, baik teknis maupun non
teknis. Salah satu kendala yang dihadapi
adalah jalur Trans Jogja masih menyatu dengan jalur publik, belum ada separasi
atau pemisahan jalan. Hal ini tentu saja
menjadi satu masalah tersendiri. Ketika terjadi bottle neck atau macet di beberapa ruas protocol kota Jogja di
jam-jam sibuk seperti jam berangkat sekolah, Trans Jogja juga ikut mengalami
kemacetan yang cukup panjang.
Masalah
lain ialah masalah jumlah armada yang dirasa masih kurang, sehingga menyebabkan
waktu jeda atau delay antar armada
terasa cukup menyita waktu. Selain
masalah jalur dan jumlah armada, perlu dipikirkan pula masalah tentang ketersediaan
halte. Halte yang ada saat ini dirasakan
cukup jauh. Mungkin dalam hal ini tidak
perlu saling lempar masalah tentang ketidaktersedianya lahan untuk membangun
halte. Salah satu solusi untuk masalah tersebut adalah mungkin dengan mobile halte. Yaitu halte yang dapat
bergerak sehingga mudah dipindahkan. Hal
tersebut dirasa lebih efektif mengingat tidak semua jalan yang dilalui Trans
Jogja memiliki badan jalan yang lebar yang memungkinkan untuk memasang halte
permanen, sehingga disamping tidak terlalu makan tempat juga pengguna jasa
merasa dimudahkan karena tersedianya halte dengan jarak antar halte yang cukup
dekat.
Komponen
lain yang tidak kalah penting adalah maintenance
atau perawatan. Trans Jogja saat ini
dirasa memiliki perawatan yang kurang optimal. Sering kali mendengar keluhan
masyarakat yang merasa penyejuk udara kurang dingin sampai pintu bus yang
ditarik secara manual oleh sang pramugari bus.
Hal tersebut tentu saja menjadi catatan tersendiri bagi pihak manajemen
Trans Jogja lebih-lebih Pemprov Jogja selaku penggagasnya. Jika Trans Jogja memiliki system perawatan
terpadu, jadwal yang sudah teratur, pengontrolan armada yang benar-benar layak,
maka bukan suatu hal yang mustahil bila suatu saat Trans Jogja akan benar-benar
menjadi suatu layanan Transportasi publik di Jogja.
Trans
Jogja akan sangat efektif bila memiliki akses ke Stasiun Tugu maupun
Lempuyangan. Namun sayangnya, halte yang paling dekat dengan Stasiun Tugu ada
di depan PLN Mangkubumi, tidak berada di area stasiun tugu. Begitu pula untuk halte di stasiun Lempuyangan,
posisinya cukup jauh, yaitu ada di jalan
Hayam Wuruk. Semisal ada halte portabel di stasiun Lempuyangan, tentu saja akan
menjadi satu nilai lebih tersendiri.
Paling tidak sudah memulai integrasi moda angkutan kereta dengan Trans
Jogja. Bisa di bayangkan bila seandainya
ketika kita turun dari bis dapat langsung melihat jadwal kereta api Prameks.
Begitupula sebaliknya, ketika kita turun dari kereta api Prameks dapat langsung
jadwal bis lengkap dengan nomor bis yang sudah siap di halte. Ahh,, semoga saja
dapat terlaksana.
Identitas
penulis
waah sip tenan pemikiranmu don!
BalasHapus