Rabu, 29 Agustus 2012

moda transportasi jogja


Integrasi moda transportasi publik kota Jogjakarta
(Penulis : Muhammad Doni, K.M.  Mahasiswa tingkat akhir Prodi Mekatronika, Elektro Universitas Negeri Yogyakarta)
            Kota Jogja, ketika mendengar nama kota ini terbayang budaya adiluhung yang menggema di nusantara, juga kota pelajar yang sudah terkenal di seantero tanah air.  Kota yang sering disebut miniature Indonesia ini memiliki segudang keistimewaan. Mulai dari tata kelola pemerintahannya sampai ke banyak keistimewaan lainnya. 
Trans Jogja sebagai salah satu produk transportasi kota Jogja yang konon pada awal mulanya di bangun untuk menyediakan angkutan kota yang bersih, rapi, dan nyaman bagi siapa saja.  Hal itu tentu saja tidak lepas karena layanan moda transportasi kota Jogja di dominasi angkutan perkotaan yang armadanya sudah banyak yang memasuki usia tua.  Terlepas dari itu kota Jogja yang memiliki dua buah stasiun, yaitu Stasiun Tugu dan stasiun tertua yaitu Lempuyangan yang di lewati kereta commuter bernama Prameks yang notabene singkatan dari Prambanan Ekspress.  Kereta yang menghubungkan kota Solo bila ketimur, dan Kutoarjo bila ke barat.  Melihat okupansi atau jumlah penumpang pada dua moda transportasi darat tersebut yang dari hari kehari terus merangkak naik, sudah selayaknya di integrasikan menjadi satu sistem yang lebih baik.
Berkaca pada pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi sang Walikota Solo yang dinilai berhasil menata ulang kota Solo menjadi lebih humanis dan merakyat, beliau mencoba mengakomodir beberapa moda transportasi yaitu Batik Solo Trans (BST), Kereta Api Prameks, Bus Tingkat, dan terakhir adalah Railbus Solo-Wonogiri. Beliau menyebutkan akan menyatukan moda transportasi tersebut, dengan harapan para karyawan yang bekerja dari dan di Solo dapat menikmati kemudahan bertransportasi publik sehingga mengurangi kepadatan arus lalu lintas di kota Solo.  BST yang rencananya pada halte di setiap stasiun akan terdapat layar monitor untuk melihat jadwal keberangkatan dan kedatangan KA Prameks.
Kota Jogja sudah selayaknya berkaca pada teknis pengaturan moda transportasi di Solo.  Trans Jogja yang digembar gemborkan sebagai perbaikan moda layanan transportasi publik pada kenyataannya masih kurang optimal. Hal ini dikarenakan banyak factor, baik teknis maupun non teknis.  Salah satu kendala yang dihadapi adalah jalur Trans Jogja masih menyatu dengan jalur publik, belum ada separasi atau pemisahan jalan.  Hal ini tentu saja menjadi satu masalah tersendiri. Ketika terjadi bottle neck atau macet di beberapa ruas protocol kota Jogja di jam-jam sibuk seperti jam berangkat sekolah, Trans Jogja juga ikut mengalami kemacetan yang cukup panjang. 
Masalah lain ialah masalah jumlah armada yang dirasa masih kurang, sehingga menyebabkan waktu jeda atau delay antar armada terasa cukup menyita waktu.  Selain masalah jalur dan jumlah armada, perlu dipikirkan pula masalah tentang ketersediaan halte.  Halte yang ada saat ini dirasakan cukup jauh.  Mungkin dalam hal ini tidak perlu saling lempar masalah tentang ketidaktersedianya lahan untuk membangun halte. Salah satu solusi untuk masalah tersebut adalah mungkin dengan mobile halte. Yaitu halte yang dapat bergerak sehingga mudah dipindahkan.  Hal tersebut dirasa lebih efektif mengingat tidak semua jalan yang dilalui Trans Jogja memiliki badan jalan yang lebar yang memungkinkan untuk memasang halte permanen, sehingga disamping tidak terlalu makan tempat juga pengguna jasa merasa dimudahkan karena tersedianya halte dengan jarak antar halte yang cukup dekat.
Komponen lain yang tidak kalah penting adalah maintenance atau perawatan.  Trans Jogja saat ini dirasa memiliki perawatan yang kurang optimal. Sering kali mendengar keluhan masyarakat yang merasa penyejuk udara kurang dingin sampai pintu bus yang ditarik secara manual oleh sang pramugari bus.  Hal tersebut tentu saja menjadi catatan tersendiri bagi pihak manajemen Trans Jogja lebih-lebih Pemprov Jogja selaku penggagasnya.  Jika Trans Jogja memiliki system perawatan terpadu, jadwal yang sudah teratur, pengontrolan armada yang benar-benar layak, maka bukan suatu hal yang mustahil bila suatu saat Trans Jogja akan benar-benar menjadi suatu layanan Transportasi publik di Jogja. 
Trans Jogja akan sangat efektif bila memiliki akses ke Stasiun Tugu maupun Lempuyangan. Namun sayangnya, halte yang paling dekat dengan Stasiun Tugu ada di depan PLN Mangkubumi, tidak berada di area stasiun tugu.  Begitu pula untuk halte di stasiun Lempuyangan, posisinya  cukup jauh, yaitu ada di jalan Hayam Wuruk. Semisal ada halte portabel di stasiun Lempuyangan, tentu saja akan menjadi satu nilai lebih tersendiri.  Paling tidak sudah memulai integrasi moda angkutan kereta dengan Trans Jogja.  Bisa di bayangkan bila seandainya ketika kita turun dari bis dapat langsung melihat jadwal kereta api Prameks. Begitupula sebaliknya, ketika kita turun dari kereta api Prameks dapat langsung jadwal bis lengkap dengan nomor bis yang sudah siap di halte. Ahh,, semoga saja dapat terlaksana.
Identitas penulis

1 komentar: